Jumat, 25 Maret 2011
ORGANISASI DALAM GORENGAN
Bagi Anda yang terbiasa memasak, tentu tidak asing dengan menggoreng tahu dan tempe. Bendanya sama, tapi ketika sudah dimasak beragam rasa dan berbeda warna. Coba saja buktikan dan Anda coba menggoreng tahu dan tempe dengan tempat belinya dan besarnya sama, lalu gorenglah. Lakukan penggorengan ini dengan pembanding. Misalnya Anda dengan teman kos Anda. Lalu, lihat dan rasakan rasanya. Tentu berbeda. Ada apa gerangan?
Beberapa waktu lalu ketika saya pulang mampir ke rumah, karena hendak menghadiri pernikahan kawan dekat saya beberapa jam sebelum keberangkatan saya sempatkan untuk membantu ibu saya memasak. Maklum, hari itu pas hari panen. Meski padinya banyak yang ambruk karena hujan dan angin, tapi kami sempatkan untuk tetap memanen dengan kualitas hasil yang apa adanya.
Sempat saya mengamati, meski sebelumnya tidak saya sengaja untuk melakukan itu. Hanya tiba-tiba berpikir. Dari situ, kepala saya bergerak dan berpikir. Bagaimana bisa rasanya bisa lebih enak masakan ibu saya? Meski yang menggoreng tetap saya. Hehe… Lantas saya bandingkan dengan hasil gorengan penjual makanan dekat kantor yang biasa saya beli, lalu saya bandingkan juga dengan langganan warung tempat makan siang, dan juga ibu catering depan kos saya. Dan hasilnya adalah cukup berbeda dalam hal rasa dan warna. Soal warna, bisa hampir sama. Tapi soal rasa, tetap saja hasil gorengan tahu dan tempe ibu saya tetap nomor satu dan “ngangeni”. Hehe…
Bagaimana bisa?
Lantas saya berpikir dan merenungkan. Meski bagi sebagian orang memikirkan seperti ini tidak terlalu penting. Tapi bagi saya ternyata dalam hal sederhana menyimpan begitu sederhananya sistem-sistem rumit yang bisa digambarkan dengan cara sederhana.
Beberapa kesimpulan yang saya dapat dari hasil menggoreng tahu dan tempe adalah sebagai berikut:
1. Ketelitian melihat tebal tipis, besar kecilnya tahu dan tempe
2. Paduan rasa “ramuan” pencelupan tahu dan tempe sebelum digoreng
3. Cara menggoreng
4. Pemahaman besar kecilnya api
5. Kualitas minyak goreng
Beberapa hal di atas, bisa saya uraikan sebagai berikut.
a. INPUT: Merupakan sumber daya yang diperlukan. Dalam hal ini adalah sumber daya manusia (penggoreng) dengan segala kemampuan, skill, dan kompetensi yang dimiliki. Lalu api mungkin bisa dari kompor gas atau kompor kayu atau lainnya. Lalu minyak goreng beserta kualitasnya, lalu tahu dan tempe itu sendiri, serta bumbu yang akan digunakan untuk “meramu” rasa tahu dan tempe agar terasa lezat di mulut.
b. PROSES. Dalam hal ini terjadi proses mulai dari yang sederhana sampai rumit. Proses pencampuran bumbu, proses penggorengan, hingga proses “pengentasan” tahu dan tempe setelah digoreng.
c. OUTPUT. Merupakan keluaran hasil penggorengan, yakni tahu dan tempe yang siap disajikan dan dimakan.
Menurut saya, kenapa berbeda dalam hal rasa? Karena adanya perbedaan dalam INPUT dan PROSES yang dilakukan sehingga menghasilkan OUTPUT yang berbeda pula.
***
Refleksi dalam sebuah Organisasi
Saya hanya terinspirasi bagaimana membawakan sebuah penjelasan dan analogi dengan sebuah contoh dalam kehidupan sehari-hari yang cenderung simple/sederhana.
Dalam sebuah organisasi, tentu membutuhkan organizing atau pengorganisasian didalamnya agar sistematika tetap terjaga. Sehingga proses yang terjadi sesuai dengan alur yang benar dan standart yang telah ditentukan serta sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan. Semua input dan proses sangat berpengaruh dalam mendapatkan hasil yang baik dan berkualitas.
Sumber daya manusia yang berkualitas, sistem yang terstandart, teknologi yang memadai, dan sebagainya semuanya mendukung hasil yang akan diperoleh. Seperti analog menggoreng tahu tempe di atas. Skill yang dimiliki SDM atau dalam hal ini adalah si penggoreng tentu berpengaruh terhadap proses dan hasil. Bagaimana ketika SDM tidak paham adanya korelasi antara besar kecilnya tahu dengan besar kecilnya api serta banyaknya tempe dan tahu dengan banyak sedikitnya minyak goreng. Apa jadinya ketika SDM tidak mengerti kapan waktunya dibali gorengan tahu dan tempenya dan kapan diangkat? Apa jadinya ketika SDM tidak paham apa saja campuran yang tepat dan seberapa banyak bumbu yang harus dicampur untuk mencapatkan rasa yang sedap untuk tahu dan tempe? Dan bagaimana juga jika SDM tidak berinisiatif untuk bertanya ketika dia tidak mengetahui semuanya itu? Coba-coba boleh saja dengan trial and error. Namun, apakah ketika saya kembalikan ke organisasi, Anda mau menerima SDM yang hanya asal coba-coba saja? Kalau organsiasi Anda memiliki visi yang seperti itu boleh-boleh saja dan memiliki anggaran dana besar, oke-oke saja.
Selain itu, support yang harus mendukung sistem juga diperlukan. Analog ilustrasi di atas, support seperti minyak. Itupun perlu dilihat apakah minyaknya baru atau sudah berkali-kali pakai? Lalu peralatan, dalam hal organisasi bisa saya terjemahkan dalam aspek teknologi. Apakah kompor gas? atau kompor minya tanah? atau yang lainya? Semuanya itu mendukung cepat lambatnya proses yang dilakukan.
Sedangkan dalam hal PROSES, terjadi semacam organisasi dalam proses menggoreng tempe dan tahu, serta ada tahapan-tahapan yang harus dilalaui dan dipatuhi. Apakah lebih baik menggoreng dalam kondisi minyak masih belum mendidih ataukah menunggu mendidih? Apakah api harus besar, kecil, atau sedang? dalam sebuah organisasi, istilah ini bisa saya tarik dalam sebutan “proses bisnis”. Proses bisnis organisasi menggambarkan tahapan atau prosedur atau alur yang terkait dengan dihasilkannya sebuah produk. Hal ini memudahkan memotret ketepatan alur atau proses yang terjadi dalam sebuah organsiasi apakah sesuai dengan visi misi organisasi atau tidak.
Dalam hal OUTPUT, tinggal menunggu hasilnya saja. Jika input dan segala prosedur yang dilakukan sesuai dengan standart dan dilaksanakan, maka dipastika hasilnya akan sesuai dengan seperti apa yang diharapkan. Hal ini tentunya terlepas dari kondisi eksternal yang ada. Karena tadi saya tidak menyebutkan atau mengikutsertakan kaitannya dengan kondisi eksternal. Bisa lain waktu di bahas, atau Anda berpikir sendiri atau dalam diskusi saja di komentar?
***
Jika diamati, auditor atau SPI (Satuan Pengawas Internal) pun biasanya menyelidiki soal prosedur ini. Apakah sesuai standart atau tidak. Apakah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan atau tidak. Begitu juga dengan KPK. Hehe… Makanya untuk menciptakan dan menghasilkan sebuah produk atau kualitas output atau outcome yang baik, sebaiknya Anda perlu memperhatikan INPUT dan PROSES yang ada. Agar tahu dan tempe Anda tidak gosong dan dapat dinikmati dengan paduan rasa dan warna gorengan yang mantaap.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar