Guci Indah adalah Objek
wisata yang berada di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal. Memiliki luas 210 Ha, terletak di kaki Gunung Slamet bagian utara dengan ketinggian kurang lebih 1.050 meter. Dari Kota Slawi berjarak ± 30 km, sedangkan dari Kota Tegal berjarak tempuh sekitar 40 km ke arah selatan.
Air yang mengalir dari pancuran-pancuran di obyek wisata ini
dipercaya bisa menyembuhkan penyakit seperti rematik, koreng serta
penyakit kulit lainnya, khususnya Pemandian Pancuran 13 yang memang
memiliki pancuran berjumlah tiga belas buah.
Ada sekitar 10 air terjun yang terdapat di daerah Guci. Di bagian
atas pemandian umum pancuran 13, terdapat air terjun dengan air dingin
bernama Air Terjun Jedor. Dinamai begitu karena dulu tempat di sekitar
air terjun setinggi 15 meter itu adalah milik seorang Lurah yang bernama
Lurah Jedor. Untuk berkeliling di sekitar obyek wisata dapat dilakukan
dengan menyewa kuda dengan tarif sewa yang relatif murah.
Fasilitas yang tersedia antara lain penginapan (kelas melati sampai
berbintang), wisata hutan (wana wisata), kolam renang air panas,
lapangan tennis, lapangan sepak bola, dan bumi perkemahan.
Akses menuju tempat wisata dari arah Semarang, pengunjung dapat
menggunakan bus jurusan Semarang-Tegal. Setelah sampai di Terminal
Tegal, pengunjung dapat melanjutkan perjalanan dengan menggunakan
angkutan umum (minibus) menuju Desa Tuwel yang memakan waktu sekitar 30
hingga 45 menit. Dari Tuwel, perjalanan dilanjutkan dengan kendaraan bak
terbuka menuju Guci. Dengan kendaraan tersebut, perjalanan sekitar 30
menit dengan ongkos Rp 5.000 akan mengantar pengunjung sampai tempat
wisata GUCI.
ANALISA TEMPAT WISATA GUCI TEGAL MENURUT PANDANGAN MANUSIA DAN KEINDAHAN MELIHAT KEINDAHAN DARI BEBERAPA SEGI :
FAKTOR KEINDAHAN
Guci merupakan tujuan wisata wisatawan baik lokal maupun mancanegara karena
keindahan alamnya yang eksotis, pemandian air panas ini
terletak di kaki Gunung Slamet bagian utara dengan ketinggian kurang lebih 1.050 meter. . Dengan keindahan seni ornament yang indah
anda akan di bawa menyusuri lorong menuju goa grubug, tempat dimana para
wisatawan dapat menyaksikan pendaran sinar matahari laksana sinar yang
turun dari surga. Cerita tentang GUCI berawal dari sebuah pedukuhan yang bernama
Kaputihan. Kaputihan berarti yang belum tercemar atau masih suci, yang
berarti daerah Kaputihan belum tercemar oleh agama dan peradaban lain.
Istilah Kaputihan pertama kali yang memperkenalkan adalah Beliau yang
dikenal dengan Kyai Ageng Klitik (Kyai Klitik) yang nama sesungguhnya
adalah Raden Mas Arya Hadiningrat asal dari Demak. Setelah Beliau Kyai
Klitik menetap dan tinggal cukup lama di Lereng Gunung Slamet (kampung
Kaputihan) maka banyak warga yang berdatangan dari tempat lain sehingga
kampung Kaputihan menjadi ramai. Suatu ketika datanglah Syech Elang
Sutajaya utusan Sunan Gunungjati (Syeh Syarief Hidayatulloh) dari
pesantren Gunungjati Cirebon untuk syiar islam.
Dan kebetulan di
kampung Kaputihan sedang terjadi pagebluk (bencana alam, penyakit
merajalela, tanaman diserang hama dsb), sehingga Beliau Elang Sutajaya
memohon petunjuk kepada Alloh SWT dengan semedi kemudian Alloh SWT
member petunjuk, supaya masyarakat kampung Kaputihan meningkatkan iman
dan taqwanya kepada Alloh SWT dengan menggelar tasyakuran, memperbanyak
sedekah dan yang terkena wabah penyakit khususnya gatal-gatal agar
meminun air dari kendi (Guci) yang sudah dido’akan oleh Sunan
Gunungjati. Dalam kesempatan itu pula Sunan Gunungjati berkenan
mendo’akan sumber air panas di kampong Kaputihan agar bisa dipergunakan
untuk menyembuhkan segala penyakit. Semenjak itu karena kendi (guci)
berisi air yang sudah dido’akan oleh Sunan Gunungjati ditinggal
dikampong Kaputihan dan selalu dijadikan sarana pengobatan. Maka sejak
saat itu masyarakat sekitar menyebut-nyebut Guci-guci. Sehingga Kyai
Klitik selaku Kepala Dukuh Kaputihan Merubahnya menjadi Desa Guci, dan
Beliau sebagai Lurah pertamanya.
Guci peninggalan Elang Sutajaya itu
berada di Musium Nasional setelah pada pemerintahan Adipati Brebes Raden
Cakraningrat membawanya ke Musium.
Guci, merupakan taman wisata air panas yang berada di Tegal. Tempatnya
sangat sejuk dan asri. Hamparan bukit yang mengelilingi taman wisata
Guci serta Gunung Slamet yang menjulang tinggi tepat di hadapan mata
membuat suasana semakin nyaman.
Taman wisata air panas ini
memiliki daya tarik tersendiri, selain tempatnya yang asri dan sejuk,
juga terdapat air terjun yang menambah pemandangan semakin indah. Selain
itu ada sebuah tanah lapang yang biasa di pakai untuk berkemah.
Selain
pemandian air panas dan air terjun, di Guci sendiri memiliki tawaran
lain, yaitu menunggang kuda mengelilingi taman wisata Guci, dan banyak
yang menjual pernak-pernik khas yang dibuat oleh tangan-tangan kreatif
warga yang berjualan di taman wisata.
Di lihat dari sisi moral keindahan dapat terwujud dari penghargaan para pengunjung berupa ramainya serta antusiasnya pengunjung dalam wisata ke Guci. Dan
karena para pengunjung dan warga disekitar memberikan nilai yang tinggi
terhadap pemandian air panas tersebut. Dan karena selalu menjaga
keindahannya agar selalu terpelihara dan dalam kondisi yang hijau
menyegarkan.
Pada keindahan intelektualnya bahwa dengan sangat menghargainya
tentang hasil karya alam, para pecinta alam pun sekarang menyediakan
para pembimbing(guide). Para guide ini lah yang menjelaskan dengan
terperinci situasi dan kondisi yang ada di sekitar dan dalam guci.
Menjelaskan secara terpelajar kepada para wisatawan. Mereka juga
menjelaskan hal hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan di
area pemandian tersebut.
NILAI ESTETIKA
Keindahan dariGuci tegal yaitu ketika kita dapat berenang (mandi) air hangat dikelilingi oleh tebing-tebing gunung serta pohon-pohon besar yang lebat. Sangat natural serta membuat pengunjung ingin kembali lagi ke tempat wisata ini.
SEBAB SEBAB DICIPTAKANNYA KEINDAHAN
- Tata nilai yang telah usang
Tata nilai yang telah usang menjelma dalam adat istiadat ada yang
sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan, sehingga dirasakan sebagai
hambatan yang merugikandan mengorbankan nilai nilai kemanusiaan, tata
nilai semacam ini dinilai dapat mnegurangi nilai moral kemanusiaan
sehingga dikatakan tidak indah. Pada guci ini tata nilainya belum terlalu usang karena baru sedikit direnovasi oleh campur tangan manusia, Sehingga disana nilai keindahannya masih terjaga
dan tergolong murni.
Di era yang seba modern ini, masyarakat dan khususnya pemerintah seakan menutup sebelah mata budaya-budaya yang sebenarnya bisa diolah untuk tempat wisata maupun untuk pemeliharaan budaya itu sendiri.
Referensi : http://www.disparbud.tegalkab.go.id/id/wisata-alam/pemandian-air-panas-guci.html
http://news.liputan6.com/read/770643/guci-pemandian-air-panas
Nama : Giantory Allan Purnomo
Kelas : 4KA38
NPM: 1A113159