Kamis, 24 April 2014

IBD (Softskill) Tempat Wisata Guci Tegal

Guci Indah adalah Objek wisata yang berada di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal. Memiliki luas 210 Ha, terletak di kaki Gunung Slamet bagian utara dengan ketinggian kurang lebih 1.050 meter. Dari Kota Slawi berjarak ± 30 km, sedangkan dari Kota Tegal berjarak tempuh sekitar 40 km ke arah selatan.
Air yang mengalir dari pancuran-pancuran di obyek wisata ini dipercaya bisa menyembuhkan penyakit seperti rematik, koreng serta penyakit kulit lainnya, khususnya Pemandian Pancuran 13 yang memang memiliki pancuran berjumlah tiga belas buah.
Ada sekitar 10 air terjun yang terdapat di daerah Guci. Di bagian atas pemandian umum pancuran 13, terdapat air terjun dengan air dingin bernama Air Terjun Jedor. Dinamai begitu karena dulu tempat di sekitar air terjun setinggi 15 meter itu adalah milik seorang Lurah yang bernama Lurah Jedor. Untuk berkeliling di sekitar obyek wisata dapat dilakukan dengan menyewa kuda dengan tarif sewa yang relatif murah.
Fasilitas yang tersedia antara lain penginapan (kelas melati sampai berbintang), wisata hutan (wana wisata), kolam renang air panas, lapangan tennis, lapangan sepak bola, dan bumi perkemahan.
Akses menuju tempat wisata dari arah Semarang, pengunjung dapat menggunakan bus jurusan Semarang-Tegal. Setelah sampai di Terminal Tegal, pengunjung dapat melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkutan umum (minibus) menuju Desa Tuwel yang memakan waktu sekitar 30 hingga 45 menit. Dari Tuwel, perjalanan dilanjutkan dengan kendaraan bak terbuka menuju Guci. Dengan kendaraan tersebut, perjalanan sekitar 30 menit dengan ongkos Rp 5.000 akan mengantar pengunjung sampai tempat wisata GUCI.

ANALISA TEMPAT WISATA GUCI TEGAL MENURUT PANDANGAN MANUSIA DAN KEINDAHAN MELIHAT KEINDAHAN DARI BEBERAPA SEGI :

FAKTOR KEINDAHAN
  • Keindahan seni
Guci merupakan tujuan wisata wisatawan baik lokal maupun mancanegara karena keindahan alamnya yang eksotis, pemandian air panas ini terletak di kaki Gunung Slamet bagian utara dengan ketinggian kurang lebih 1.050 meter. . Dengan keindahan seni ornament yang indah anda akan di bawa menyusuri lorong menuju goa grubug, tempat dimana para wisatawan dapat menyaksikan pendaran sinar matahari laksana sinar yang turun dari surga. Cerita tentang GUCI berawal dari sebuah pedukuhan yang bernama Kaputihan. Kaputihan berarti yang belum tercemar atau masih suci, yang berarti daerah Kaputihan belum tercemar oleh agama dan peradaban lain. Istilah Kaputihan pertama kali yang memperkenalkan adalah Beliau yang dikenal dengan Kyai Ageng Klitik (Kyai Klitik) yang nama sesungguhnya adalah Raden Mas Arya Hadiningrat asal dari Demak. Setelah Beliau Kyai Klitik menetap dan tinggal cukup lama di Lereng Gunung Slamet (kampung Kaputihan) maka banyak warga yang berdatangan dari tempat lain sehingga kampung Kaputihan menjadi ramai. Suatu ketika datanglah Syech Elang Sutajaya utusan Sunan Gunungjati (Syeh Syarief Hidayatulloh) dari pesantren Gunungjati Cirebon untuk syiar islam.
Dan kebetulan di kampung Kaputihan sedang terjadi pagebluk (bencana alam, penyakit merajalela, tanaman diserang hama dsb), sehingga Beliau Elang Sutajaya memohon petunjuk kepada Alloh SWT dengan semedi kemudian Alloh SWT member petunjuk, supaya masyarakat kampung Kaputihan meningkatkan iman dan taqwanya kepada Alloh SWT dengan menggelar tasyakuran, memperbanyak sedekah dan yang terkena wabah penyakit khususnya gatal-gatal agar meminun air dari kendi (Guci) yang sudah dido’akan oleh Sunan Gunungjati. Dalam kesempatan itu pula Sunan Gunungjati berkenan mendo’akan sumber air panas di kampong Kaputihan agar bisa dipergunakan untuk menyembuhkan segala penyakit. Semenjak itu karena kendi (guci) berisi air yang sudah dido’akan oleh Sunan Gunungjati ditinggal dikampong Kaputihan dan selalu dijadikan sarana pengobatan. Maka sejak saat itu masyarakat sekitar menyebut-nyebut Guci-guci. Sehingga Kyai Klitik selaku Kepala Dukuh Kaputihan Merubahnya menjadi Desa Guci, dan Beliau sebagai Lurah pertamanya.
Guci peninggalan Elang Sutajaya itu berada di Musium Nasional setelah pada pemerintahan Adipati Brebes Raden Cakraningrat membawanya ke Musium.

  • Keindahan alam 
Guci, merupakan taman wisata air panas yang berada di Tegal. Tempatnya sangat sejuk dan asri. Hamparan bukit yang mengelilingi taman wisata Guci serta Gunung Slamet yang menjulang tinggi tepat di hadapan mata membuat suasana semakin nyaman.

Taman wisata air panas ini memiliki daya tarik tersendiri, selain tempatnya yang asri dan sejuk, juga terdapat air terjun yang menambah pemandangan semakin indah. Selain itu ada sebuah tanah lapang yang biasa di pakai untuk berkemah.

Selain pemandian air panas dan air terjun, di Guci sendiri memiliki tawaran lain, yaitu menunggang kuda mengelilingi taman wisata Guci, dan banyak yang menjual pernak-pernik khas yang dibuat oleh tangan-tangan kreatif warga yang berjualan di taman wisata.

  • Keindahan moral
Di lihat dari sisi moral keindahan dapat terwujud dari penghargaan para pengunjung berupa ramainya serta antusiasnya pengunjung dalam wisata ke Guci. Dan karena para pengunjung dan warga disekitar memberikan nilai yang tinggi terhadap pemandian air panas tersebut. Dan karena selalu menjaga keindahannya agar selalu terpelihara dan dalam kondisi yang hijau menyegarkan.
  • Keindahan intelektual
Pada keindahan intelektualnya bahwa dengan sangat menghargainya tentang hasil karya alam, para pecinta alam pun sekarang menyediakan para pembimbing(guide). Para guide ini lah yang menjelaskan dengan terperinci situasi dan kondisi yang ada di sekitar dan dalam guci. Menjelaskan secara terpelajar kepada para wisatawan. Mereka juga menjelaskan hal hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan di area pemandian tersebut.

NILAI ESTETIKA
Keindahan dariGuci tegal yaitu ketika kita dapat berenang (mandi) air hangat dikelilingi oleh tebing-tebing gunung serta pohon-pohon besar yang lebat. Sangat natural serta membuat pengunjung ingin kembali lagi ke tempat wisata ini.

SEBAB SEBAB DICIPTAKANNYA KEINDAHAN
  • Tata nilai yang telah usang
Tata nilai yang telah usang menjelma dalam adat istiadat ada yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan, sehingga dirasakan sebagai hambatan yang merugikandan mengorbankan nilai nilai kemanusiaan, tata nilai semacam ini dinilai dapat mnegurangi nilai moral kemanusiaan sehingga dikatakan tidak indah. Pada guci ini tata nilainya belum terlalu usang karena baru sedikit direnovasi oleh campur tangan manusia, Sehingga disana nilai keindahannya masih terjaga dan tergolong murni.
  • Kemerosotan jaman
Di era yang seba modern ini, masyarakat dan khususnya pemerintah seakan menutup sebelah mata budaya-budaya yang sebenarnya bisa diolah untuk tempat wisata maupun untuk pemeliharaan budaya itu sendiri.

Referensi :        http://www.disparbud.tegalkab.go.id/id/wisata-alam/pemandian-air-panas-guci.html
                        http://news.liputan6.com/read/770643/guci-pemandian-air-panas

Nama : Giantory Allan Purnomo
Kelas : 4KA38
NPM: 1A113159


Tidak ada komentar:

Posting Komentar